CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 14 Juli 2013

Tentang Mimpi dan Rembulan

Ketika gelap mulai menerjang senja, aku tenggelam oleh jangkrik yang mengetuk jendela. Dia bercerita tentang bagaimana bulan menemaninya, ketika ia harus meramaikan heningnya malam. Saat semua terlelap, ia akan terjaga, mulai mengisahkan bulan dalam mimpinya pada siapa saja yang bersedia mendengarkan.
 
Ketika aku membuka mata untuk berharap sebelum terlelap, ia mulai bercerita tentang bulan. Ia bermimpi bagaimana rasa takut menenggelamkannya ketika bulan tiba-tiba mendekat dan memberitahunya agar bernyanyi untuknya pada malam yang sunyi.
Ia berkata bahwa ia tak pernah berani menatap sang rembulan, tapi ia tak bisa mengalihkan tatapan darinya. Ia tak berani menatap kenyataan bahwa ia harus ada ketika sunyi menenggelamkan suaranya yang disukai oleh rembulan.

Ia terpaksa berbohong pada rembulan bahwa ia sedang dalam keadaan buruk. Tapi bulan tak percaya padanya, bulan terus menatapnya, seakan semakin mendekat dan masuk lebih dalam ke matanya. Ia terperangkap, dan tak akan pernah terlepas dari takdir. Tapi sunyi tak pernah benra-benar menenggelamkan suara merdunya. Hening tak pernah benar-benar memperburuk melodi-melodinya. Mereka semua tak pernah memperburuk keadannya. Hanya ketakutan yang selalu mengganggunya, menerjang langsung ke dalam bola matanya dan membekukan suaranya dari dalam dirinya sendiri.
 
Mataku mulai berair, sebentar menguap untuk melepas kantuk. Tetapi terus berusaha menyimak apa yang diceritakan oleh jangkrik yang terus mengetuk jendela.
 
Ia terus berusaha, mengendalikan dirinya sendiri yang mulai bisa mencairkan suaranya. Ia mulai bernyanyi, tidak buruk. Ia suka bernyanyi, itu sudah merupakan keahliannya. Dan ia merasalebih baik ketika mulai bernyanyi. Bulan seakan berada di sampingnya, menatapnya dengan kasih sayang dan memukul pergi ketakutan yang membekukan suaranya.
 
Tapi ketika ia berhenti bernyanyi, kesunyian dan keheningan kembali datang. Ia tak suka suasana ini, dan dalam sekejap, ketakutan kembali datang, bulan seakan pergi dari sisinya. Ia merasa dibohongi, seakan bulan hanya ada ketika ia menginginkan nyanyian darinya. Semakin ia merasa kecewa, bulan seakan semakin menjauh. Ia merasa semakin sendiri, dan takut.
 
Ia kembali bernyanyi, ia ingin memanggil rembulan, bertanya padanya mengenai kejelasan akan kehadirannya. Dan sekali lagi, bulan berada di sampingnya, memeluknya dengan cahaya halus yang mengusir takut. Dan ia kembali percaya pada rembulan. Banyak pikiran manis tentang dirinya dan rembulan yang ia bayangkan, hingga tanpa sadar nyanyian telah berhenti sejak beberapa menit yang lalu dari mulutnya. Tapi ia tidak merasa takut, tapi ia justru merasa... manis.
 
Aku tersenyum dalam kantuk, mataku mulai terpejam, suara yang tertangkap oleh gendang telingaku mulai tersamar. Dan sedikit aku masih bisa mendengar akhir dari kisah jangkrik dan rembulan.
 
Ia mengerti, bulan tak pernah mengecewakannya. Bulan tak pernah membuatnya takut. Tapi ia membuat takut dirinya sendiri karena tak percaya pada rembulan. Ia terlalu egois karena rasa takut dan tak pernah melihat bulan yang selalu menemaninya dan memeluknya dengan sinar lembut. Dan ketika ia tersadar, ia memberikan kepercayaannya secara penuh kepada rembulan, dan bernyanyi dengan senyuman.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

So Sweet :)

Unknown mengatakan...

So Sweet :)

Posting Komentar